Ancient Society (Masyarakat Kuno)

Masyarakat Kuno

Perempuan dalam masyarakat kuno di Athena

Dalam Preface to A Contribution to the Critique of Political Economy (1859), Karl Marx menulis,

“Secara garis besar, Modus Produksi (cara produksi) Asiatik, Modus Produksi Kuno, Modus Produksi Feodal, dan Modus Produksi Burjuis bisa disebut sebagai epos-epos yang menandai gerak maju dalam perkembangan ekonomik masyarakat.”

Pada Abad II ZB (=Zaman Bersama, dari CE: Common Era), Masyarakat Kuno (Yunani-Romawi) meliputi wilayah yang sangat luas. Kala itu Kemaharajaan Romawi menguasai sebagian terbesar Eropa, Afrika Utara, dan Asia Barat Daya.

Dalam Masyarakat Kuno, hubungan produksi yang utama adalah tuan majikan (pemilik budak) dan budak. Kaum budak adalah produsen. Tapi tuan majikan memiliki budak sekaligus hasil kerjanya. Sementara tuan majikan hidup dari jerih payah budak-budaknya (yang dipekerjakan di rumah, ladang, gelanggang gladiator, dsb.), ia berhak atas hidup-mati mereka.

Dalam pada itu, Masyarakat Kuno mengenal adanya para produsen independen. Mereka adalah cikal bakal para serf di Abad Pertengahan. Mereka memproduksi kerja-lebih, yang diambil oleh pemerintah Romawi melalui penarikan pajak.

Sementara Kekaisaran Romawi mengalami kemunduran, kebutuhan untuk memiliki budak semakin meningkat. Para produsen independen menjadi sasaran, dijadikan budak. Akibatnya sangat tidak menguntungkan bagi sebuah kemaharajaan yang meliputi wilayah yang sangat luas dan butuh biaya besar untuk mengelolanya. Krisis internal ini, yang kemudian dibarengi dengan sarangan dari bangsa-bangsa lain, bermuara pada runtuhnya Kekaisaran Romawi. ***

 

Leave a comment